Minggu, 12 Februari 2012

Artikel


TAWURAN :MASALAH KLASIK PESERTA DIDIK
dimuat di koran priangan november 2011
Pendidikan sebagai pilar utama kehidupan memberikan peran yang sangat penting dalam mewujudkan eksistensi sebuah bangsa, pendidikan yang baik menjadi indikator perubahan ke arah yang lebih baik. Jika pendidikan menunjukan grafik yang meningkat, maka idealnya kecerdasan, pola pikir, kemakmuran, kesejahteraan masyarakat umumnya bangsa akan semakin meningkat pula. Ironis memang pendidikan kita saat ini dari mulai akar hingga pucuk selalu ada hal-hal yang menggelitik pikiran, dari mulai sistem pendidikan sampai dengan prosesnya di lapangan masih harus melewati jalan yang sangat terjal.
continue
Ketika pikiran kita masih terfokus pada permasalahan  sistem pendidikan, proses pembelajaran, akhir-akhir ini kita seperti mendapat sebuah beban baru yang sebenarnya merupakan masalah klasik. Tawuran antar pelajar!, masalah sosial yang selalu muncul dimanapun dan kapanpun, namun tidak bijak jika kita mengkambing hitamkan sebuah institusi sebagai lembaga yang paling bertanggung jawab dari tindakan-tindakan kurang terpuji anak didik kita. Tak hanya di kota-kota besar yang penuh dengan dinamika kehidupan, di kota kecil pun bahkan di kampung, tawuran pelajar rawan dan sering terjadi. Pemicu utama biasanya berasal dari hal-hal yang kecil. Memang kita harus bijak dalam melihat permasalahan ini, melihat dari sisi kejiwaan usia muda yang masih sangat labil dalam mencari jati diri.
Ada empat elemen yang harus mengoptimalkan perannya dalam mengatasi masalah klasik seperti ini:
Yang pertama adalah pemerintah,
Mengapa harus pemerintah, sebagai elemen penyelenggara pemerintahan tentunya tiap daerah mempunyai  aturan, kebijakan yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan. Dalam hal ini pemerintah harus bisa mengatasi masalah tawuran pelajar dengan senjata peraturan dan kebijakan yang dilaksanakan oleh aparat pemerintahan, salah satu contohnya mengefektifkan peran satpol PP dalam upaya meminimalisir potensi-potensi penyebab tawuran pelajar. Aplikasi bisa dalam bentuk melakukan patroli dalam jam belajar, ketika ada peserta didik yang berkeliaran di tempat umum yang bukan bagian dari pembelajaran sekolah, maka harus ada tindakan tegas sekaligus preventif dengan cara mendata, memberikan pengarahan dan mengembalikannya ke sekolah yang bersangkutan. Kenyataan di lapangan masih banyak siswa baik itu dari tingkat SLTP maupun SLTA yang berkeliaran ketika jam belajar, menjadi satu hal yang sangat ironis jika hal itu dibiarkan oleh aparat pemerintahan. Apa yang diharapkan dari tindakan tersebut adalah efek jera bagi para peserta didik, sekaligus membantu sekolah dalam menangani peserta didinya yang sering bolos.
Yang kedua adalah sekolah
Sekolah sebagai wadah pendidikan menjadi sorotan utama dalam permasalahan ini, jika banyak siswa yang terlibat dalam tawuran maka patut dipertanyakan kualitas sekolah yang bersangkutan, ketika kualitas sekolah dipertanyakan maka kualitas kepala dan guru-guru pun diragukan. Sekolah sebagai harapan masyarakat sebagai sebuah lembaga penerang bagi generasi muda harus bisa membuat formulasi yang tepat dalam membina anak-anak didiknya, walaupun memang dalam kenyataannya sangat-sangat sulit. Sekolah tidak hanya sebagi lembaga transfer ilmu tetapi harus menjadi sebuah lembaga transfer ahlak mulia, kepribadian unggul. Sekolah harus bisa membimbing peserta didik dalam menentukan arah langkah kehidupan masa depannya, hal ini sesuai dengan peraturan pemerintah no 29 tahun 1990 yang menganjurkan adanya bimbingan yang berupa bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan, dan merencanakan masa depan. Esensinya peran guru bimbingan konseling khususnya dan seluruh guru bidang lainnya bertanggung jawab penuh memberikan bimbingan, teladan dan ajaran kepada anak didik. Sekali lagi perlu ditekankan pendidikan bukan hanya sebagai lembaga transfer ilmu tetapi juga lembaga transfer ahlak mulia dan kepribadian unggul.
Yang ketiga adalah masyarakat
Peran masyarakat sangatlah fundamental dalam pembentukan pribadi unggul generasi muda. Elemen terbesar yang mempengaruhi karakter dan kepribadian generasi muda (peserta didik) adalah pengaruh lingkungan, lingkungan kondusif maka kemungkinan besar akan memberikan efek positif bagi generasi muda, namun jika lingkungan amburadul, tatanan moral, etika, norma sebagai slogan semata maka kemungkinan besar akan melahirkan efek negatif bagi generasi muda. Jika hal ini terus dibiarkan oleh masyarakat setempat maka perbaikan ahlak, moral di kalangan generasi muda akan sangat sulit terwujud. Akan menjadi hal yang mubadzir jika bimbingan itu hanya dilakukan di sekolah, tetapi dilingkungan masyarakat tidak memberikan respon positif akan masalah ini. Langkah kongkritnya adalah masyarakat menciptakan lingkungan yang kondusif, memberi contoh dan bimbingan yang baik kepada generasi muda, melibatkan mereka dalam kehidupan bermasyarakat, karena hal tersebut sangat berpengaruh pada kejiwaan generasi muda, mereka akan merasa diperhatikan, diakui, dan dibutuhkan oleh masyarakat.
Yang keempat adalah keluarga
Studi kasus mengenai prilaku menyimpang anak didik dilatar belakangi oleh kondisi dan keadaan keluarga. Secara langsung kondisi keluarga sangat berpengaruh pada kejiawaan, karakter, dan tingkat penguasaan emosi. Bimbingan dan kasih sayang dari orang tua mutlak adanya, untuk membentuk karakter dan kejiwaan anak yang baik. Dasar dari pembentukan karakter dan kejiwaan anak adalah keluarga. Keluarga sebagai bagian terdekat dalam hidup anak menjadi hal yang tak dapat dipisahkan dalam perjalanan hidupnya. Ketika seorang anak kurang mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari keluarga maka akan mencarinya di luar ( di lingkungan masyarakat dan sekolah). Ketika mereka tidak mendapat perhatian dari pihak manapun, mereka melakukan tindakan negatif sebagai bagian dari perwujudan eksistensi diri, bahwa aku ini ada dan ingin diakui. Ketika ini terjadi bukan hanya keluarga yang bermasalah tetapi semua elemen pun terlibat.
Maka untuk mengatasi masalah tawuran di kalangan pelajar dibutuhkan tindakan aktif dan preventif dari keempat elemen tersebut. Dengan demikian jika pemerintah, sekolah, masyarakat dan keluarga bersinergi  maka perlahan tapi pasti masalah sosial yang klasik ini akan segera teratasi dan harus segera diatasi. Marilah kita selamatkan  pemuda sebagai harapan bangsa Wallohu a’lam..
Dimuat di surat kabar Priangan november 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar