TAWURAN :MASALAH
KLASIK PESERTA DIDIK
dimuat di koran priangan november 2011
Pendidikan sebagai pilar utama kehidupan memberikan peran
yang sangat penting dalam mewujudkan eksistensi sebuah bangsa, pendidikan yang
baik menjadi indikator perubahan ke arah yang lebih baik. Jika pendidikan
menunjukan grafik yang meningkat, maka idealnya kecerdasan, pola pikir, kemakmuran,
kesejahteraan masyarakat umumnya bangsa akan semakin meningkat pula. Ironis
memang pendidikan kita saat ini dari mulai akar hingga pucuk selalu ada hal-hal
yang menggelitik pikiran, dari mulai sistem pendidikan sampai dengan prosesnya
di lapangan masih harus melewati jalan yang sangat terjal.
continue
Ketika pikiran kita masih terfokus pada permasalahan sistem pendidikan, proses pembelajaran,
akhir-akhir ini kita seperti mendapat sebuah beban baru yang sebenarnya
merupakan masalah klasik. Tawuran antar pelajar!, masalah sosial yang selalu
muncul dimanapun dan kapanpun, namun tidak bijak jika kita mengkambing hitamkan
sebuah institusi sebagai lembaga yang paling bertanggung jawab dari
tindakan-tindakan kurang terpuji anak didik kita. Tak hanya di kota-kota besar
yang penuh dengan dinamika kehidupan, di kota kecil pun bahkan di kampung,
tawuran pelajar rawan dan sering terjadi. Pemicu utama biasanya berasal dari
hal-hal yang kecil. Memang kita harus bijak dalam melihat permasalahan ini,
melihat dari sisi kejiwaan usia muda yang masih sangat labil dalam mencari jati
diri.
Ada empat elemen yang harus mengoptimalkan perannya dalam
mengatasi masalah klasik seperti ini:
Yang pertama adalah pemerintah,
Mengapa harus pemerintah, sebagai elemen penyelenggara
pemerintahan tentunya tiap daerah mempunyai
aturan, kebijakan yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan. Dalam hal
ini pemerintah harus bisa mengatasi masalah tawuran pelajar dengan senjata
peraturan dan kebijakan yang dilaksanakan oleh aparat pemerintahan, salah satu
contohnya mengefektifkan peran satpol PP dalam upaya meminimalisir
potensi-potensi penyebab tawuran pelajar. Aplikasi bisa dalam bentuk melakukan
patroli dalam jam belajar, ketika ada peserta didik yang berkeliaran di tempat
umum yang bukan bagian dari pembelajaran sekolah, maka harus ada tindakan tegas
sekaligus preventif dengan cara mendata, memberikan pengarahan dan
mengembalikannya ke sekolah yang bersangkutan. Kenyataan di lapangan masih
banyak siswa baik itu dari tingkat SLTP maupun SLTA yang berkeliaran ketika jam
belajar, menjadi satu hal yang sangat ironis jika hal itu dibiarkan oleh aparat
pemerintahan. Apa yang diharapkan dari tindakan tersebut adalah efek jera bagi
para peserta didik, sekaligus membantu sekolah dalam menangani peserta didinya
yang sering bolos.
Yang kedua adalah sekolah
Sekolah sebagai wadah pendidikan menjadi sorotan utama
dalam permasalahan ini, jika banyak siswa yang terlibat dalam tawuran maka
patut dipertanyakan kualitas sekolah yang bersangkutan, ketika kualitas sekolah
dipertanyakan maka kualitas kepala dan guru-guru pun diragukan. Sekolah sebagai
harapan masyarakat sebagai sebuah lembaga penerang bagi generasi muda harus
bisa membuat formulasi yang tepat dalam membina anak-anak didiknya, walaupun
memang dalam kenyataannya sangat-sangat sulit. Sekolah tidak hanya sebagi lembaga
transfer ilmu tetapi harus menjadi sebuah lembaga transfer ahlak mulia,
kepribadian unggul. Sekolah harus bisa membimbing peserta didik dalam
menentukan arah langkah kehidupan masa depannya, hal ini sesuai dengan
peraturan pemerintah no 29 tahun 1990 yang menganjurkan adanya bimbingan yang
berupa bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan
pribadi, mengenal lingkungan, dan merencanakan masa depan. Esensinya peran guru
bimbingan konseling khususnya dan seluruh guru bidang lainnya bertanggung jawab
penuh memberikan bimbingan, teladan dan ajaran kepada anak didik. Sekali lagi
perlu ditekankan pendidikan bukan hanya sebagai lembaga transfer ilmu tetapi
juga lembaga transfer ahlak mulia dan kepribadian unggul.
Yang ketiga adalah masyarakat
Peran masyarakat sangatlah fundamental dalam pembentukan
pribadi unggul generasi muda. Elemen terbesar yang mempengaruhi karakter dan
kepribadian generasi muda (peserta didik) adalah pengaruh lingkungan,
lingkungan kondusif maka kemungkinan besar akan memberikan efek positif bagi
generasi muda, namun jika lingkungan amburadul, tatanan moral, etika, norma
sebagai slogan semata maka kemungkinan besar akan melahirkan efek negatif bagi
generasi muda. Jika hal ini terus dibiarkan oleh masyarakat setempat maka
perbaikan ahlak, moral di kalangan generasi muda akan sangat sulit terwujud.
Akan menjadi hal yang mubadzir jika bimbingan itu hanya dilakukan di sekolah,
tetapi dilingkungan masyarakat tidak memberikan respon positif akan masalah
ini. Langkah kongkritnya adalah masyarakat menciptakan lingkungan yang kondusif,
memberi contoh dan bimbingan yang baik kepada generasi muda, melibatkan mereka
dalam kehidupan bermasyarakat, karena hal tersebut sangat berpengaruh pada
kejiwaan generasi muda, mereka akan merasa diperhatikan, diakui, dan dibutuhkan
oleh masyarakat.
Yang keempat adalah keluarga
Studi kasus mengenai prilaku menyimpang anak didik
dilatar belakangi oleh kondisi dan keadaan keluarga. Secara langsung kondisi
keluarga sangat berpengaruh pada kejiawaan, karakter, dan tingkat penguasaan
emosi. Bimbingan dan kasih sayang dari orang tua mutlak adanya, untuk membentuk
karakter dan kejiwaan anak yang baik. Dasar dari pembentukan karakter dan
kejiwaan anak adalah keluarga. Keluarga sebagai bagian terdekat dalam hidup
anak menjadi hal yang tak dapat dipisahkan dalam perjalanan hidupnya. Ketika
seorang anak kurang mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari keluarga maka
akan mencarinya di luar ( di lingkungan masyarakat dan sekolah). Ketika mereka
tidak mendapat perhatian dari pihak manapun, mereka melakukan tindakan negatif
sebagai bagian dari perwujudan eksistensi diri, bahwa aku ini ada dan ingin
diakui. Ketika ini terjadi bukan hanya keluarga yang bermasalah tetapi semua
elemen pun terlibat.
Maka untuk mengatasi masalah tawuran di kalangan pelajar
dibutuhkan tindakan aktif dan preventif dari keempat elemen tersebut. Dengan
demikian jika pemerintah, sekolah, masyarakat dan keluarga bersinergi maka perlahan tapi pasti masalah sosial yang
klasik ini akan segera teratasi dan harus segera diatasi. Marilah kita
selamatkan pemuda sebagai harapan bangsa
Wallohu a’lam..
Dimuat di surat kabar Priangan november 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar