Abrakadabra
Sang dewa kecil menyusuri
trotoar jalan
Di kota kecil yang beranjak
baligh
Dengan seragam SD yang masih
menenpel di kulit coklatnya
Cengkraman tangan erat memegang
kantong plastik hitam
Mencari sampah-sampah botol
plastik
Rangkaian jarinya mahir
mengobrak-abrik tong sampah
Memungut tujuan hidupnya,
nafasnya, asanya yang harus tersambung
Sang dewa kecil menyusuri
trotoar jalan
Semakin jauh gontai berjalan
Urat-urat kakinya mengerang,
tak bisa diam
Usus perutnya berbuat kericuhan
yang sangat
Menuntut segera haknya
ditunaikan
Berikan hak kami!
Berikan hak kami!
Isi tempurung kepalanya
berkata:
Tenang saudaraku, sabar, sabar
sebentar lagi sampah ini kan ku
sulap
dengan apa yang kau inginkan
Abakadabra......
Sepiring nasi, seteguk air,
sebungkus harapan
Semangkuk kata-kata
bukan sajak
Meluber dari semua sisinya,
merangkai baris
“Fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara”
Antara kota tua kau dan aku
Bulan sabit
Menari-nari membelah irisan senja yang pergi
Dengan genggaman suluh-suluh janji
Angin malam
Menderu mengigilkan orang-orang mungil di pinggiran hati
kota tua
Yang renta, yang hitam, yang kumal,yang mati penuh dosa
Yang mati tertimbun ribuan dosa
Di tenggara awan hitam berduka cita
Air matanya deras menghujam kota tua yang telah mati
Sayang, derasnya
tak sentuh bulan sabit yang terus
menari
Tiada henti
Sayap-sayap
kelelawar tak kuasa menampar cahayanya
Cakarnya patah memikul keranda-keranda karat
Ucapan duka cita datang dari seluruh penjuru kota.
Sementara kau masih termenung, tanpa hirau sapaan duka
cita
Di kelopak matamu yang dalam kulihat sudut kota tua yang
telah mati
Dengan got-got hitam pekat berbau sesak.
Di keningmu kulihat goresan ribuan senja yang tuliskan
Kau lah yang berdosa
Banjar,
091110
Bolehkah kupinjam nyalimu?
Bolehkah
kupinjam nyalimu?
Nyaliku hilang,
lepas dari ragaku yang tinggal kulit dan tulang
Sejak kulemparkan
sajak-sajak kelam, langit menghitam
Mulut-mulut tak
terbungkam, berjuta mata beribu suara menghujam
Menyelinap di
sela-sea igaku, menembus jantungku, merobek hatiku yang memerah
Bolehkah kupinjam
nyalimu walau tuk sesaat?
Jika kau jual,
kubeli dengan sisa-sisa harga diriku
Takut menyelimuti lorong-lorong
waktu
Hari mencerca
dengan cipratan-cipratan ludah kemarahan
Hanya karena
sajak-sajak kelam
Di rongga otaku
berjejal bait dan baris yang harus kutumpahkan
Tapi aku tak
bernyali
Takut
Takut hujaman
semakin gila
Takut erupsi yang
terjadi di otaku
Yang tak tahan lagi
menampung kata, baris dan bait yang makin berjejal
Bolehkah kupinjam
nyalimu sekarang
Agar aku berani
sepertimu
Menerjang,
menyerang, bertahan dan bersyair lantang
Sekarang!
Kata, baris, bait
mulai meleleh keluar dari ubun-ubunku
Kaukah itu
Kulihat lempeng
wajahmu
Memerah, suaramu
lantang, seperti orator berdeklamasi kotor
Di garda depan kau
melempariku dengan sajak-sajak kotor
Banjar,
101110
Damai untukmu guru
Di sudut kelas tak beralas
Helai- helai kitab itu menempel di
dahiku
Huruf-hurufnya meleleh, meresap ke dalam kalbu
Satu, dua, tiga, ratus, ribu, juta
kata memasuki rongga-rongga hati
Kata-kata yang mengekalkan
Bentakan memaksaku tuk berbuat
Satu persatu kebajikan
Di sudut kelas dengan celoteh kenakalanku
Kau ajarkan banyak ilmu
Lontaran ajaranmu berselimut tanggung jawab
Lirih baris kata-katamu bersenandung cinta
Yang memanusiakan manusia
Tegap langkahmu penuh wibawa
Dengan kawalan suri tauladan
Aljabar, moral, alam, sosial, terbiasa kau gunakan
Agama, budaya, bahasa, senantiasa kau jaga
Menjadi harta berguna sepanjang masa
kini ku kembali menimba kearifan padamu
Untuk menyalin rasa kemanusiaanmu
Untuk bisa memanusiakan manusia
Diatas pusara kesederhanaan dan nisan kedamaian
Selamat jalan guruku
Kedamaian bersamamu
Karena tuhan lebih tahu
SANG PENCIPTA
Ya Rabb
Engkaulah pencipta
Gema tasbih bergemuruh dari seluruh
Takbir menggema menggetarkan semua milik-Mu
Ketika Kau berkehendak menjadikan bumi maka jadilah
Ketika kau berkehaendak menjadikan langit maka berdirilah
Dengan malaikat bersayap yang senantiasa tunduk dan patuh
Kau utus
Ya Rabb
Engkaulah pencipta
Alam raya berselimut rahmat-Mu
Kuasa- Mu takan hilang tergilas waktu
Besar kecil, jauh dekat, maya nyata semua dalam pengawasan-Mu
Tak ada yang bisa menolak
Takan ada yang bisa menahan semua kehendakmu
Karena semua milik-Mu
Ya Rabb
Engkaulah pencipta
Engkaulah Sang pemberi nikmat
Burung terbang kau beri nikmat
Ikan di lautan kau beri nikmat
Seluruh ciptaan-Mu tak luput dari nikmatmu
Laa ilaha illallah....
Laa ilaha illallah muhammadur rosululloh....
Tapi mengapa kami selalu berpaling
Tapi mengapa kami selalu mendustakan rosulmu
Ya Rabb
Engkaulah Sang Pencipta
Engkaulah Sang Maha Kuasa
hanya kepada-Mu segala urusan dikembalikan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar